Resume Fiqih Politik Hasan Al-Banna

Fiqh berasal dari kata kerja lampau yaitu faqiha/faquha. Arti kata fiqh adalah al-fahmu (pemahaman) dan kecerdasan. Makna fiqh bukan hanya sekedar tahu, tetapi pemahaman yang harus menggunakan akal dan  setelah melalui usaha yang keras. Fiqh hanya dapat dicapai orang yang berpemahaman tinggi , keimanan tinggi, dan kesalihan yang spesifik.

“Sesungguhnya telah kami jelaskan tanda kebesaran Kami kepada orang –orang yang mengetahui” (Al-An’am : 98).

Hal ini tidak dapat dicapai oleh kaum kafir dan munafiq :

“Disebabkan orang kafir itu tidak mengetahui (memahami)” (Q.S Al-Anfal: 65)

“Tetapi orang-orang munafiq itu tidak mengetahui (memahami)”(Q.S Al-Munafikun : 7)

Siyasi atau politikus adalah orang yang memperhatikan dan memahami urusan umat secara mendalam serta menyelesaikannya dengan pemahaman pendapat atau pemikiran yang benar. Fiqh politik adalah pemahaman yang mendalam tentang urusan-urusan umat baik internal maupun eksternal. Mengelola umat sesuai hukum syari’at dan petunjuk-petunjuknya. Politik dibagi menjadi 3 :

  1. Syar’I : politik yang membawa seluruh umat manusia pada ketentuan-ketentuan syari’at. Khilafah islamiyah berfungsi untuk menjaga agama dan mengatur urusan-urusan dunia.
  2. Non Syar’I / konvensional : politik yang membawa manusia pada ketentuan-ketentuan pandangan manusia yang diterjemahkan ke undang-undang dasar konvensional. Hukum konvensional sebagai ganti dari syari’at islam.
  3. Politik jahiliiyah : politik yang menolak politik syar’I. Politik yang tidak memiliki agama.

Pada dasarnya dalam fiqh politik ini adalah bagaimana seseorang memahami dan mampu menyelesaikan permasalahan umat ini secara mendalam. Ada beberapa sumber fiqh politik menurut Hasan Al Banna yaitu:

Al-Qur’an, dalam Al-Qur’an telah dijelaskan tentang hukum, pemerintahan, orang-orang yang memerintak, berlaku adil dalam memerintah, sikap taat dari rakyat kepada pemimpin, prinsip musyawarah antara pemimpin dan rakyat serta masalah-masalah politik yang lain. Semua hal telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Sunnah Rasulullah,  merupakan salah satu sumber karena, dalam memahami fiqih politik dan fiqih ekonomi banyak sekali hadits-hadits Rasulullah yang menjelaskannya.

Kitab-kitab fiqh,  karena di dalam kitab semacam ini kaya akan ilmu tentang masalah-masalah fiqh politik. Kitab-kitab fiqh seperti ini akan lebih memperdetil fiqh politik.

Dalam pemahaman islam amerika, politik tidak mendapatkan tempat dalam islam. Namun Hasan Al Banna telah memunculkan kembali kesdaran politik melalui fiqh politik Islamnya selama ini. Hasan Al Banna menjelaskan dengan berbagai bukti yang kuat bahwa Islam datang dengan membawa ajaran politik untuk membahagiakan umat manusia secara keseluruhan. Perlu ada sebuah daulah yang mampu mengelola kemaslahatan umat. Menurut Hasan Al Banna pemerintahan Islam adalah pemerintahan yang terdiri dari pejabat-pejabat pemerintah yang beragama islam, melaksanakan kewajiban agama Islam dan tidak melakukan maksiat secara terang-terangan, melaksanakan hukum-hukum dan ajarang agama Islam. Pemerintahan itu menjadi islam karena agaman pelakunya, karena komitmen mereka atas akhlaq agama Islam dan karena melaksanakan hukum-hukum Syari’at. Menurut Hasan Al Banna  pemerintahan Islam adalah bagian yang substantif. Karena Pemerintahan menjadi sandaran bagi sesuatu yang lain. Islam tidak dapat di realisasikan sebagaimana yang dikehendaki Allah jika tidak ada pemerintahan yang menerapkan hukum-hukumnya dalam semua bidang kehidupan baik politik, ekonomi, peradilan, hubungan internasional maupun yang lain. Adapun beberapa kwajiban-kewajiban dalam pemerintahan Islam sebagai berikut : 1) menjaga keamanan dan melaksanakan undang-undang, 2) Menyelenggarakan pendidikan, 3) Mempersiapkan kekuatan, 4) Memelihara kesehatan, 5) Memelihara kepentingan umum, 5) Mengembangkan kekayaan dan memelihara harta benda, 6) Mengkokohkan Akhlaq, 7) Menyebar dakwah. Ketika kewajiban-kewajiban tersebut harus dipenuhi, maka adapula hak-hak yang harus ditunaikan dalam pemerintahan yaitu di antaranya loyalitas rakyat, sikap taat dan membantu dengan jiwa dan harta. Adapun jika terjadi penyimpangan dalam pemerintahan Islam (tidak dapat melaksanakan tugas, atau tidak mendengarkan seruan-seruan untuk meluruskan penyimpangan, maka pemerintah itu harus dinasehati dan diberikan arahan, kemudian pencopotan dan pembubaran, sebab manusia tak boleh taat kepada orang yang bermaksiat kepada Allah. Terhadap pemerintah yang tidak menerapkan ajaran Islam, maka tidak boleh mendapatkan pengakuan.  Umat Islam harus berusaha mencopot pemerintahan ini dan memaksanya untuk mundur dari kursi kekuasaan, karena penerapan syariat islam adalah prinsip dasar bagi agama ini.

Dalam dakwahnya Hasan Al Banna juga menerapkan sistem bertahap dimana tahap awal akan mengantarkan ke tahapan berikutnya dan berikutnya lagi. Tahap pertama,  merupakan pengenalan dengan tujuan-tujuan dakwah dan sarana-sarana jama’ah serta mengajak masyarakat untuk mengikuti pemikiran Islam tentang program perubahan seperti yang diserukan ikhwanul muslimin. Tahap kedua, pemilihan kader-kader yang memiliki kesanggupan untuk berbuat dan memulai kehidupan Islam serta mendirikan negara Islam. Disini mereka akan dididik. Tahap ketiga, adalah tahapan eksekusi, aksi, dan produksi. Tahapan ini tidak dapat dilaksanakan jika tidak didahului ta’rif (pengenalan) dan takwim (pembentukan).

Hasan Al Banna berpendapat bahwa kemungkaran harus dirubah dengan kekuatan (tangan), lisan, dan hati. Hal ini diambil dari hadits Rasulullah. Terhadap undang-undang konvensional, maka apabila hal tersebut menyelisihi islam akan dianggap batal dan tidak boleh bagi umat islam untuk menerimanya.

Khilafah merupakan kekuasaan umum yang tertinggi dalam agama Islam. Orang yang menjabatnya disebut sebagai khalifah. Untuk menegakkan kembali khilafah ini dibutuhkan usaha-usaha yang panjang dan langkah-langkah yang panjang. Dari risalah Ikhwanul muslimin tahta rayatil Qur’an  hasan al-Banna menegaskan “Kami menghendaki terwujudnya : pribadi muslim, keluarga muslim, masyarakat muslim, dan pemerintahan muslim”. Negara islam didirikan atas tiga kaidah : 1) pemimpin yg bertanggung jawab dihadapan Allah dan manusia, 2) Persatuan umat islam atas dasar aqidah Islam, 3) Menghormati kehendak umat melalui kewajiban bermusyawarah mengambil pendapat dari umat islam dan menghormatiperintah atau larangan dari umat. Apabila ketiga kaidah ini terpenuhi maka layaklah untuk disebut Negara Islam. Nama dan bentuk pemerintahan bukanlah patokan.

Ahlul Hali Walaqdi merupakan mereka yang dimintai pendapat atas problematika-problematika umat dan diselesaikan dengan suara mufakat atau atas dasar suara mayoritas. Mereka tidak dipilih berdasarkan nama-nama mereka akan tetapi berdasar sifat-sifat mereka. Ada 3 kelompok Ahlul Hali Walaqdi menurut hasan Al Banna. 1) Para ahli fiqih dan para mujahid yang pendapat mereka dijadika sebagai pegangan dalam mengeluarkan fatwa maupun mengambil suatu hukum. 2) Orang yang memiliki keahlian dalam urusan-urusan yang bersifat umum. 3) Orang yang memiliki sifat kepemimpinan ditengah tengah masyarakat.

Dalam pandangan Islam tentang wanita dan hak-haknya, 1) Islam telah mengangkat martabat kaum perempuan dan menjadikan mereka sebagai partner bagi laki-laki dalam semua hak dan kewajiban. Islam juga mengakui hak perempuan baik hak pribadi, sipil, maupun politik. 2) Islam membedakan antara hak laki-laki dan perempuan. Hal ini disesuaikan dengan adanya perbedaan-perbedaan alami antara laki-laki dan perempuan. Hal ini juga di sesuaikan dengan perbedaan tanggung jawab yang diberikan pada laki-laki dan perempuan. 3) Sesuai dengan fitrahnya, antara laki-laki dan perempuan terdapat daya tarik menarik. Daya tarik menarik ini menjadi dasar bagi hubungan diantara keduanya. Tujuannya adalah mempertahankan jenis manusia. Dalam masalah ikhtilat (pembauran) islam memiliki pandangan adanya bahaya yang pasti. Islam menjauhkan keduanya kecuali dengan pernikahan.

Rasulullah pun telah menjelaskan diharamkannya pengangkatan perempuan dalam urusan-urusan publik. Hal ini didasarkan pada haditsnya :

“Tidak akan berjaya suatu kaum apabila mereka mengangkat seorag perempuan (untuk mengatur) urusan mereka.”

Dalam firman Allah juga disebutkan :

“Kaum laki laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita…” (Q.S An-Nisa : 34)

Hasan Al Banna juga menjelaskan bahwa islam memandang kepada non Muslim sesuai dengan sikap mereka terhadap umat Islam. Apabila mereka bersikap damai dan memenuhi kewajibannya terhadap umat Islam dan tidak membantu musuh-musuh Islam maka mereka wajib untuk di lindungi. Namun jika yang terjadi sebaliknya, mereka wajib untuk diperangi. Sejarah membuktikan bahwa hal ini terjadi di India. Banyak orang-orang kafir di sana yang berada dibawah naungan kekuasaan Islam. Namun, mereka tetap eksis tanpa harus berubah kepercayaan menjadi Islam.

Dalam fiqh politiknya hasan al banna menjelaskan “Pemerintah Islam diperbolehkan untuk meminta bantuan kepada non-muslim dalam keadaan terpaksa dan diluar jabatan publik”. Dalam firman-Nya :

“…Mereka tidak henti-hentinya(menimbulkan) kemudaratan bagimu…” (QS Ali Imran : 118)

Hasan Al Banna menyadari bahwa untuk menegakkan panji-panji Islam diperlukan organisasi yang rapi, dan memiliki tujuan-tujuan dan metode-metode tertentu untuk semua bidang kehidupan.

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruna” (QS Ali Imran : 104)

Hasan Al Banna menjelaskan bahwa ketaatan ini berbeda-beda sesuai dengan marhalah (tahapan) yang ditempuh oleh seorang anggota. Semakin tinggi marhalahnya, maka semakin besar tanggungjawabnya.

Dalam perspektif fiqh politik islam, pengertian nasionalisme yang sesuai adalah nasionalisme yang didirikan berdasar batasan-batasan aqidah dan tidak berdasarkan kepada batasan-batasan aqidah dan tidak berdasarkan pada batasan-batasan bumi dan batasan-batasan geografis. Bagi Islam, setiap jengkal tanah dimana terdapat orang yang bersyahadat, maka disitulah tanah air bagi umat islam yang memiliki kehormatan, kesucian, dan kecintaan.

Saatnya Mahasiswa Beraksi

AKSI? Apa yang ada dalam gambaran anda ketika mendengar kata ini. Ya, memang sebagian orang berfikir bahwa yang namanya aksi itu cenderung bersifat anarkis, ga tau malu, ga berguna dan sebagainya. Tapi kali ini saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Mengapa? Hal tersebut adalah pandangan yang sangat sempit dan tak visioner. Kalau semua orang berfikir seperti itu, bangsa ini tak akan pernah maju.

Oke, kali ini ada beberapa hal yang ingin saya utarakan dan ada beberapa hal pula yang ingin saya luruskan. Aksi  itu tidaklah anarkis. Selama ini orang beranggapan bahwa aksi itu anarkis. Itu karena pengaruh yang diberikan media. Misal saja saya sebut media televisi. Yang namanya media itu pasti memburu berita yang heboh agar pelanggannya tetap setia. Dan kebanyakan pelanggan juga seneng ditipu dengan suguhan informasi-informasi yang salah. Ketika pelanggan puas, maka yang namanya informasi itu benar atau salah tidak akan pernah dipedulikan lagi. Pelanggan akan terus menelan bulat-bulat, atau bahkan menelannya mentah-mentah. Ya.. mau bagaimana lagi? Memang seperti itulah sifat manusia. Ok, kembali kemasalah inti bahwa media itu sebenarnya hanya menyorot bagian anarkis aksi saja, karena aksi anarkis itu memang dianggap media sebagai bahan yang panas dan menarik untuk disuguhkan kepada kalayak umum. Padahal tidak semua aksi itu anarkis seperti yang diberitakan di televisi. Hal tersebut dapat memberikan mainset bahwa aksi itu anarkis. Ya.. seperti mainset yang berkembang saat ini.

Pengalaman pribadi saya, yang namanya aksi itu tak pernah ada yang anarkis. Semua ada prosedurnya. Mulai dari izin dengan polisi, tidak mengotori jalan, dikawal dan dijaga polisi, minta izin pemerintah setempat, dll. Sebenarnya ini hal yang biasa dilakukan sebelum aksi. Tak ada anarkis. Ya aksi yang tertib seperti layaknya orang yang baris-berbaris. Aman?? Tentu saja aman, selama kita menaati prosedur-prosedur yang berlaku. Jelas berbeda dengan situasi yang digambarkan media telvisi. Artinya apa? Anarkis atau tidaknya aksi itu sebenarnya tergantung pada organisasi atau lembaga yang diikuti saat sedang aksi. Setiap aksi saya tergabung dalam barisan KAMMI. Sebelum aksi dimulai pasti diawali dengan membaca Al-Qur’an sebagai spirit aksi kita dalam menyampaikan aspirasi kita ke masyarakat umum.

Nah satu hal lagi yang sebenernya ingin saya luruskan tentang pendapat orang mengenai aksi. Yaitu terkait tujuan Aksi. Kadang-kadang orang bertanya-tanya ngapain sih aksi capek-capek gak berguna lagi. Sekarang saya balik bertanya, kalau ga ada tujuannya ngapain musti teriak-teriak berdiri capek dijalan? Aneh kan? Orang mau teriak-teriak capek-capek jalan itu pasti ada maksud dan maunya. Apa sih tujuannya. Jelas tujuannya adalah menyampaikan aspirasi secara langsung. Aspirasi siapa? Tentunya aspirasi rakyat dan mahasiswa. Mahasiswa itu kaum intelektual. Jumlahnya hanya 2% dari seluruh masyarakat Indonesia. Sayang sekali jika tak mempunyai peran apa-apa terhadap rakyat sekitarnya. Potensi 2% inilah yang seharusnya dimanfaatkan secara maksimal. Tak semua orang bisa mengambil jenjang hingga masuk bangku kuliah. Bayangkan hanya 2% dari masyarakat umum. Artinya mahasiswa itu minoritas. Tapi suaranya cukup didengar oleh pemerintah. Mengapa? Ya karena mahasiswa sendiri itu adalah kaum intelektual yang minoritas secara jumlah. Maklum jika beberapa persen diantara 2% orang ini mencoba untuk bersikap kritis dan visioner dengan melakukan aksi. Kenapa saya katakan kritis dan visioner? Karena mereka masih duduk dibangku kuliah tapi sudah berfikir jauh sekali kedepan. Meskipun masih duduk dibangku kuliah mereka sudah memikirkan rakyat, bangsa, dan negara. Maka sungguh sangatlah salah ketika orang menafsirkan orang yang ikut aksi itu orang yang bodoh. Justru, mereka itu orang yang kritis, visioner dan peka terhadap lingkungannya. Mereka bisa merasakan gejolak yang terjadi di sekitarnya. Dengan modal itu mereka berusaha menyampaikan kondisi tersebut melalui aksi. Berusaha mengungkap sesuatu yang seharusnya diungkapkan. Ada orang yang berkata “Hah.. sok bawa-bawa nama rakyat, gak penting ah?”. Kalau pemerintah yang mikirin rakyat doang ya alhasil kinerja lambat, karena merasa nyaman dan gak ada tekanan. Dengan aksi kita menekan / memberikan pressure agar kerja pemerintah lebih tegas dan cepat. Tentu saja dengan membawa nama rakyat, kalau bukan mahasiswa yang peduli rakyat siapa lagi. Banyak kok aktivitas dari mahasiswa sendiri yang bersifat pengembangan sosial, dan pro rakyat. Mungkin kalau hanya nonton televisi saja gak akan pernah tau rasanya perjuangan bersama rakyat. Bisanya pasti cuman komentar.  Orang yang biasa berperang pasti karakternya berbeda dengan orang yang bisanya nonton perang. Kalau ada yang tanya “Ngapain aksi, apa untungnya sih?”. Mahasiswa itu orang yang ikhlas. Berjuang tanpa pamrih. Yang diinginkan hanya perubahan dan perubahan kearah yang lebih baik. Pada saat mahasiswalah, puncak-puncaknya orang memiliki idealisme kuat. Dari sinilah dibentuk orang-orang yang tahan banting tangguh dan kuat. Kampus adalah tempat bersemayamnya para pemimpin-peminpin muda masa depan. Oleh karena itu untuk menokohkan calon pemimpin tersebut perlu aksi dan perjuangan dalam pembinaannya. Orang yang sering dihadapkan dengan realita pasti lebih dewasa dari pada orang yang kerjanya duduk saja. Sama halnya mahasiswa. Kalau dia statis gak akan pernah dewasa-dewasa. Perlu pendinamisan untuk memproses kedewasaan. Aksi merupakan salah satu cara yang sangat efektif dalam pendinamisan diri.

Itulah aksi. Rasakan sendiri baru tau. Jangan tertipu media atau kata orang. 😀

By : Yusfia Hafid Aristyagama

PUISI UNTUK PEMIMPINKU

PUisi dari saya kepada para pemimpin yang tak bertanggung jawab….

Judul : Pemimpin Ku

Pemimpin Oh Pemimpin
Mau dibawa kemana kah negriku ini?
Negri ku yang bak surga
Di mana kesejahteraan untuk rakyat ku?
Kau renggut kebahagiaan mereka….

Tidak kah malu dirimu?
Sesosok pemimpin yang seharusnya dianggap bak panutan…
Tapi,.. Pemimpin apakah yang tega menerlantarkan rakyat nya sendiri…
Rakyat kecil tak berdaya,..
Semakin terinjak dan terisolir…
Dimanakah keteladanan yang hilang dari dirimu PEMIMPINKU?
Perlukah engkau menunggu beribu korban jiwa terjatuh?
Perlukah kami menunggu kebijaksanaanmu hingga kau sadar akan ke khilafanmu?

Kau isi perut buncitmu dengan seribu masakan kuliner…
Sementara itu, di ujung jalan kecil dan gang sempit,
mereka mengisi perut mereka dengan berjuta-juta batu untuk bertahan..
Pernahkah terbesit dalam Pikirmu?
Seandainya mereka adalah anak-anakmu..
Apa yang akan engkau lakukan?

Dari mana asal uangmu?
Seberapa besar kepercayaan rakyatmu kepadamu?
Mereka menanti buah pikiranmu, bukan buah perutmu..
Anakmu pak.. anakmu ibuk.. tegakah membiarkan anak-anakmu memakan gaji buta..
Tegaaaaakah melihat perut mereka di isi dengan dosa-dosa?

Berapa kasus kau buat?
Berapa kali maksiat kau lakukan?
Sejauh mana kah pernah kau hitung jalan dosa-dosa itu?

Hidup ini bukan hanya untuk harta dan uang TUAN-TUAN…
Bukan pula untuk perutmu…
Hidup hanya sementara TUANKU…
Apakah mau kau sia-siakan?
Akan kah dikau menyianyiakannya?

Takutlah kepadaNya…
Yang selalu mengawasimu…
yang selalu memberikan nikmatnya hidupmu…
yang selalu kau sia-siakan berjuta-juta nikmat itu…
yang selalu kau salah gunakan nikmat-nikmat itu…

Karya : Yusfia Hafid Aristyagama
Note : maaf kalau sedikit kasar.. Yang saya benci dari mereka bukanlah diri mereka, tapi kelakuan mereka.. Terima kasih…

MENYIKAPI INFOTAINMENT

Infotainment merupakan salah satu dari bidang jurnalistik. Beberapa hari ini terakhir memang sempat muncul berita berupa video mesum antara Ariel, Luna, dan Cut Tari. Entah itu nyata atau tidak namun belum jelas kepastiannya. Dalam tanggapan saya ini sudah cukup melampaui batas. Pasalnya sudah sejak lama infotainment itu menyajikan berita-berita yang tidak berbobot. Dalam fiqh jurnalistik disajikan bahwa  tidak boleh menyebarkan berita-berita yang berbau mesum semacam itu. Dalam tanggapan saya apa yang diberitakan oleh infotainment selama ini sudah melampaui batas. Selama ini saya memperhatikan bahwa infotainment selalu memburu kehidupan-kehidupan artis. Dampak dari hal ini sangat luar biasa.

  1. Menimbulkan kesan figuritas pada seseorang
    Dalam hal ini infotainment bisa mempengaruhi pola pikir seseorang. Orang bisa terikat oleh kesan memfigurkan seseorang yang belum tentu itu orang yang baik. Tidak masalah kalau artis yang difigurkan itu punya perilaku yang baik. Yang jadi masalah adalah apabila artis-artis dengan pakaian yang tidak bener dan dandanan yang bermacam-macam menjadi figur masyarakat. Apalagi kalau yang memfigurkan adalah anak kecil. Bahaya! Apalagi kalau anak kecil itu bilang “Itu idolaku”. Itu sungguh dampak yang luar biasa negative. Ini yang memicu kemunduran moral generasi muda Indonesia.
  2. Menimbulkan fitnah
    Ini bisa saja terjadi. Dan ini sekarang menjadi budaya umum bangsa Indonesia. Misalnya dengan artis yang di gosipkan melakukan sesuatu yang buruk. Padahal belum tentu itu benar. Bahkan infotainment sendiri belum bisa menampilkan bukti akurat dari keburukan itu. Dari hal yang seperti itu masyarakat ada yang langsung menilai bahwa itu benar, itu begini, itu begitu. Ingat bahwa gossip itu merupakan bentuk dari Ghibah. Dan ghibah itu bagian kecil dari fitnah. Fitnah lebih kejam dari pada membunuh. Efek fitnah itu tidak akan berhenti selama orang yang difitnah itu masih hidup. Sehingga orang yang difitnah akan merasa tidak nyaman selama umur hidupnya. Kejam kan! Tidak nyaman seumur hidup! Dari sini terbentuk pola pikir bahwa jurnalistik sebagai media pendidikan masyarakat, kini berubah menjadi media biang fitnah.
  3. Mencoreng nama baik orang
    Ini efek yang ditimbulkan setelah terjadinya fitnah. Nama baik orang yang difitnah bisa saja terserang. Bisa saja pandangan semua orang terhadap orang yang dfitnah tersebut menjadi buruk. Kalau anda menjadi orang yang difitnah tersebut kira-kira anda akan tahan gak dengan hinaan dan berbagai celaan yang datang ke anda? Bisa tahan gak ketika kontrak kerja anda diputus sama perusahaan atau kantor anda gara-gara anda difitnah? Cara terbaik mengetahui perasaan orang itu dengan menempatkan diri anda di posisi orang tersebut.

Sebenarnya tidak cuma tiga alasan itu saja. Media jurnalistik merupakan media yang wajib dibekali pemerintah karena meciptakan generasi masyarakat yang cerdas dan dewasa. Namun bagaimana dengan yang satu ini. Bisa dibilang media yang mencerdaskan masyarakat gak? Sesuai gak dengan “Mencerdaskan kehidupan bangsa”.Tafadhol tanggapan anda……

Palestina Vs Kekejaman Israel

Mungkin seperti yang pernah dilihat di televisi, saat ini Palestina

tengah menghadapi kekejaman para yahudi Zionis. Mungkin ini

terlihat baru heboh saat ini. Namun sebenarnya itu sudah

berlangsung sangat lama sekali. Bahkan liga PBB pun tidak sanggup

berkutik. Perjanjian demi perjanjian yang telah disepakati telah di

ingkari oleh pihak Israel. Itu hanyalah sekelumit dari contoh

ketamakan orang-orang yahudi zionis itu. Hingga sekarang muncul

bukti ketamakan yang baru lagi. Beberapa kapal yang pernah mencoba

untuk memberikan bantuan kemanusiaan di Gaza malah diserang

oleh para tentara Israel. Bukankah itu namanya pembantaian?

Padahal kapal itu lewat jalur Internasional. Itu sangat aneh sekali.

Yang lebih fatal lagi, kapal yang mereka serang itu didalamnya ada

beberapa perwakilan dari beberapa negara yang berbeda. Kalau

begitu Israel menantang dunia dong?
Itu sudah merupakan bentuk penentangan terhadap dunia.

Nah, kalau ditelusur dari awal, dalam sepengetahuan saya begini :
Dahulu itu pernah ada yang namanya NAZI, yang merupakan gerakan

yang di prakarsai Adolf Hitler. Kemudian yang namanya gerakan NAZI

ini bermaksud untuk menghancurkan beberapa dinasti yang cukup

kuat saat itu seperti dinasti Islam, dinasti Romawi, dan dinasti

Kristen. Namun, hal tersebut tidak berhasil dilakukan karena ketiga

dinasti tersebut terlalu kuat untuk di jajah. Namun akhirnya gerakan

NAZI tersebut malah berbalik arah ke bangsa Yahudi. Mereka mencoba

menguasai bani Yahudi, yang akhirnya terjadilah pembantaian masal

secara besar-besaran oleh Adolf Hitler dari NAZI. Karena beberapa hal

tersebut orang-orang Yahudi banyak yang bermigrasi ke daerah

kekuasaan Islam. Dengan pertimbangan saat itu hanya Islam yang

menyediakan jaminan keamanan bagi para tamunya. Saat itu

pemerintahan Islam ada pada masa Turki Utsmani. Cukup jauh dari

pemerintahan pada masa Nabi Muhammad. Ringkasnya para yahudi

yang masih membawa ideologi mereka (bawaan seperti pada masa

Muhammad) mencoba untuk memecah belah daerah kekuasaan Islam

untuk mendirikan negaranya sendiri. Mereka berusaha memecah

belah Islam dari dalam dengan cara mengadakan hasutan dan

mengandalkan omong kosong mereka.  Akhirnya terbentuklah

gerakan yang saat itu dikenal dengan gerakan turki muda. Dari

gerakan tersebut akhirnya terpecah belah daerah kekuasaan Islam

waktu itu. Seperti yang kita lihat saat ini menjadi beberapa negara

seperti Iraq, Iran, Quwait, Qatar, Turki, Palestine, dll. Hingga efeknya

mulai terasa saat itu. Misalnya di Turki pernah adzan itu

menggunakan bahasa turki, bukan bahasa arab. Itulah hasil dari

gerakan turki muda. Kemudian di perbatasan antara palestine dan

Israel itu lah yang hingga saat ini terjadi konflik yang

berkepanjangan. Padahal daerah perbatasan tersebut sebenarnya

adalah milik palestine. Memang benar-benar mantap taktik Yahudi.
Dari kenyataan yang sedemikian rupa itu saya cukup terheran denga

tindakan Yahudi itu. Udah dikasih tapi minta lebih. Ini salah satu

bukti ketamakan Yahudi juga.
Seharusnya daerah timur tengah punya reaksi yang lebih terhadap

konflik ini. Karena dulu mereka adalah satu-kesatuan. Namun seperti

yang kita lihat sekarang, bahkan Jazirah Arab pun diam melihat

semua itu. Seharusnya ada tindakan lebih. Dengan delegasi atau

perundingan pun hal tersebut tidak akan mempan terhadap

pemerintahan Israel. Karena paham mereka adalah paham zionis.

Memang sih seharusnya paham zionis itu pindah ke planet lain.

Karena sebenarnya paham zionis itu tidak bisa didampingkan dengan

apapun. AS pun juga diam melihat hal ini. Padahal AS merupakan

negara adidaya dan kuasa. Sebenarnya ada apa dibalik semua misteri

ini?

Kembali Ke Indonesia…..

Banyak rakyat Indonesia yang apatis terhadap hal ini. Kenapa?

Ternyata sudah timbul perang pemikiran (Ghazwul Fikr) dari dalam

negara. Sikap apatis itu timbul dari perang pemikiran. Unsur utama

dari pemerintahan adalah politik. Sebenarnya politik itu netral. Tidak

positif ataupun negatif. Politik itu sebenarnya bersih (tidak kotor).

Politik sebenarnya adalah Ilmu untuk mengelola masyarakat. Namun

dari pengertian yang netral itu, di Indonesia telah berubah menjadi

pengertian yang negatif akibat Ghazwul Fikr tadi. Hingga sekarang

perbandingan antara politik netral dan negatif itu berbeda jauh.

Orang dengan pemikiran bahwa politik itu negatif, lebih besar dari

pada orang yang beranggapan politik netral. Mengapa bisa demikian?

Dengan situasi negara kita saja yang kita lihat saat ini, sebenarnya

kita sedang krisis pemimpin. Inilah masalah yang biasa dihadapi oleh

negara berkembang. Banyak pemimpin yang tidak becus malah justru

memimpin negara. Banyak diantara mereka yang mikirin “Perut Gue

Sendiri”. Ini yang membuat infrastruktur negara menjadi bobrok dan

tidak berkembang. Akibatnya politik yang semulanya netral menjadi

negatif. Hal ini penyebab utama sikap apatis. Masyarakat menjadi

trauma dan tidak percaya dengan politik. Karena menurut mereka itu

politik sudah di pandang negatif. Padahal sebenarnya positif atau

negatifnya politik itu tergantung pada siapa saja yang berperan di

dalamnya. Dengan kepentingan Nasional saja masih apatis, apalagi

dengan kepentingan Internasional. Super Apatis pastinya. Oleh karena

itu ada baiknya krisis kepemimpinan ini di hadapi dengan bijak. Salah

satunya adalah dengan menjadikan politik menjadi positif. Ingat

bahwa positif atau negatifnya politik itu tergantung ideologi yang

melekat padanya. Maka dari itu agar tidak timbul sikap apatis perlu

ideologi positif dalam negara yang berpengaruh kuat di politik. Untuk

menuju hal tersebut maka diperlukan seorang pemimpin yang bijak.

Makanya manfaatkan pemilu dengan benar…….

SALAM PERUBAHAN………..

MEDIA ATAU UANG KAH YANG SUDAH BERKATA?

Beberapa bulan ini saya perhatikan situasi politik di Indonesia. Terlihat di dalam situasi politik ini ada beberapa kejanggalan. Kejanggalan itu semakin tampak dengan salahnya sebuah fungsi yang tak berjalan semestinya. Itulah kejanggalan yang saya perhatikan di beberapa media. Yang ingin saya tanyakan adalah salah satu fungsi media apa sih? Kenapa media saat ini seakan-akan menutupi situasi politik di Indonesia. Mungkin tak perlu saya sebutkan nama medianya. Ingatkah bahwa salah satu fungsi media adalah fungsi untuk “mencerdaskan masyarakat” bukan untuk menutupi kebejatan politik di tengah masyarakat. Toh masyarakat sudah cukup menjadi korban, dari kebohongan politik. Contoh kecilnya saja, bagaimana kasus century hingga saat ini? Masih tak jelas keberadaan kasusnya. Padahal itu adalah berita hangat, namun keberadaanya hingga kini sudah sulit dicari jejaknya. Tidak jelas juga tindak lanjutnya. Malah kebanyakan media beralih ke kasus anarkisme saat demonstrasi di Jakarta kemarin. Ada beberapa kemungkingan yang ada dalam pikiran saya saat ini. Yang pertama adalah dialihkan kemanakah fungsi media sebagai sarana untuk “mencerdaskan masyarakat”? Apakah yang terjadi dengan media. Yang kedua adalah mungkinkah uang yang berkata untuk mengubah situasi politik saat ini? Apakah yang terjadi pada para demonstran yang anarkis kemarin. Apakah ada diantara mereka yang telah di kenalkan pada uang oleh seseorang agar mereka melakukan tindak anarkis pada saat demonstrasi hingga hingga situasi politik lebih panas dan mengarah pada tindak anarkis tersebut dan akhirnya para media beralih perhatian ke tindak anarkis tersebut? Perlu untuk dipertanyakan.