Tanda-tanda Kenabian Rasulullah

Mu’jizat : Sesuatu hal yang luar biasa dan menjadi kelebihan Rasul. Kelebihan rasul yang diberikan Allah diluar hal biasa untuk menangkal ketidak percayaan ummat.
Karomah : Kelebihan yang diberi Allah pada orang-orang shalih.
Ma’unah : Kelebihan yang diberikan kepada Orang biasa yang dikehendaki Allah.

Berikut merupakan tanda-tanda kenabian Muhammad :

  1. Waktu dalam rahim Aminah(ibunda rasulullah), beliau tidak merasakan lelah seperti orang-orang hamil pada umumnya
  2. Halimah Sya’diyah dapat mengeluarkan air susu untuk disusukan kepada Muhammad waktu masih kecil. (hal tersebut tidak terjadi ketika dilakukan pada bayi lain)
  3. Turunnya malaikan untuk membelah dada Muhammad dan membersihkan hatinya
  4. Ketika beranjak dewasa, beliau bijaksana, memiliki sifat-sifat unggulan. Misal pada kisah saat pemindahan Hajar Aswad di Makkah.
  5. Pendeta Bahira yang menyatakan kenabian Muhammad. Kemudian Waraqah bin Naufal juga menyatakan kenabiannya.
  6. Arsy Allah bergetar saat Nabi Muhammad dilahirkan.

Konsep Alwala’ wal Bara’ di dalam Aqidah Islam

Sebenarnya kedua istilah tersebut dari kata Al wala’ dan wal Bara’. Al wala’ itu sama artinya dengan Kita mencintai sesuatu karena Allah dengan komitmen penuh. Sama saja kita berkomitmen untuk melakukan apa yang Allah Ridhai. Sebaliknya, wal Bara’ adalah kita membenci sesuatu karena Allah. Artinya kita tidak membenci sesuatu karena nafsu kita. Itu semua ada hubungannya dengan komitmen kita selaku makhluk ciptaan Allah terhadap Allah SWT. Sehingga segala sesuatu yang kita lakukan itu tidak berdasarkan nafsu.

Sebagai contohnya adalah :

Dalam sebuah ayat di dalam Al-Qur’an , Allah berfirman:

“Diwajibkan atasmu berperang, padahal hal itu suatu kebencian bagi kamu. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal baik bagi kamu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal amat buruk bagi kamu dan Allah Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (Al-Baqarah : 126)

Pada dasarnya, perang adalah sesuatu yang tidak disukai bagaimanapun itu bentuknya. Bahkan Rasulullah SAW pun sebenarnya juga benci untuk berperang. Namun, hal tersebut tidak membuat Rasul pantang terhadap perang. Kalau tidak terpaksa membela kebebasan, membela agama dan keyakinan tidak akan pernah beliau menyetujui perang. Karena berperang adalah sebuah komitmen untuk Allah, maka beliau bersedia berperang.

Seperti halnya nabi Muhammad, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail juga memiliki komitmen yang sangat tinggi terhadap Allah. Coba saja bayangkan ketika peristiwa Idul Qurban. Apakah mungkin seorang ayah tega untuk menyembelih putera tunggal satu-satunya? Bayangkan misalkan hal itu terjadi pada diri anda. Ketika anda adalah seorang ayah dan kemudian anda harus menyembelih anak anda atau sebaliknya, ketika anda adalah seorang anak dan anda akan di sembelih oleh ayah anda. Bagaimanakah perasaan anda. Saya yakin sekali, meskipun itu adalah perintah Allah anda tidak akan bersedia melakukannya. Tapi lihatlah Nabi Ibrahim, dengan taat beliau menjalankan perintahnya. Begitu pula nabi Ismail yang berkata “Jika itu adalah perintah Allah maka lakukanlah wahai ayah”. Sebuah komitmen yang sangat besar sekali bagi seorang anak dan seorang ayah. Pada akhirnya Allah menggantikan nabi Ismail dengan seekor domba. Itulah makna dari Al wala’.

Lain halnya dengan wal bara’, maka di sini jelas bahwa artinya membenci sesuatu karena Allah. Saya contohkan dalam sebuah perang Ali bin Abi Thalib hampir saja membunuh seseorang. Ketika beliau hampir membunuh orang tersebut, orang tersebut meludah ke muka Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib pun tidak jadi membunuh orang kafir Quraisy tersebut. Kemudian orang kafir Quraisy tersebut bertanya “Mengapa engkau tidak segera membunuhku?”. Ali pun menjawab, “Aku tidak akan membunuhmu karena dendam, aku membencimu karena Allah”. Padahal saat itu hanya tinggal beberapa sentimeter pedang Ali akan menusuk orang tersebut. SubhanAllah… Begitu besar refleks seorang Ali bin Abi Thalib membedakan antara dendam dengan benci karena Allah. Dalam hitungan mili detik, dia mampu membedakan antara dendam dan benci karena Allah. Itulah sosok seorang Ali bin Abi Thalib. Ketika anda menjadi Ali maka apa yang anda lakukan? Anda dalam posisi diludahi. Apakah anda tidak marah? Pedang anda pun dalam posisi jarak sejengkal dari leher orang tersebut. Saya yakin anda pasti akan menebas batang lehernya. Namun, Ali bin Abi Thalib tidak demikian. SubhanAllah

Pada dasarnya Al wala’ wal bara’ ini merupakan suatu perwujudan dari kalimat syahadat. Yang merupakan kalimat pembenaran kepada Allah dan penolakan terhadap selain Allah.

//