Idolaku oh Idolaku. Salahkah aku mengidolakanmu?

Secara maknawi, idola adalah seseorang yang dikagumi karena suatu hal yang bisa jadi istimewa dari dirinya. Jika anda menemukan hal apapun yang bisa dikagumi maupun di Istimewakan dari diri seseorang, maka dia bisa menjadi seorang idola. Namun, idola sendiri tak hanya diterapkan untuk suatu hal yang bersifat positif. Sangat disayangkan bahwa ternyata kata idola itu juga disetarakan untuk suatu hal yang negatif sekalipun. Misalnya seperti mengidolakan seseorang karena ke ALAY-annya.

Sungguh sangat tidak penting ketika kita mengidolakan sesuatu terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak patut untuk di contoh. Sadar ataupun tidak, seseorang yang mengidolakan orang lain, pasti baik dari sifat, watak, maupun karakter idola tersebut akan mempengaruhi orang tersebut. Efek mengidolakan seseorang dalam hal yang negatif tentu saja besar. Jika saja hanya satu orang yang terpengaruh, mungkin hal tersebut tidak jadi masalah. Namun, kondisi dan realita bangsa yang terjadi sekarang tidaklah demikian. Bukan dalam bentuk individual seseorang mengidolakan orang lain, namun dalam bentuk jama’ah (orang banyak) walaupun hal yang mereka idolakan sebenarnya tidak beresensi. Akibatnya tentu saja fatal. Contohnya saja banyak orang yang mengidolakan orang lain dan rela menjadi fans beratnya, padahal orang yang diidolakan itu tergolong diidolakan misal saja karena ke alay-annya. Efeknya banyak orang yang ikut-ikutan alay. Akhirnya orang-orang tersebut menjadi orang yang tak produktif. Kalau satu orang tak produktif hidup di Indonesia pun tak jadi masalah, namun kalau sudah sampai menembus angka berjuta-juta jiwa, itulah yang kita sebut sebagai masalah besar.

Salahkah ketika kita mengidolakan seseorang? Banyak hal yang perlu kita tinjau kembali saat kita menjadikan seseorang menjadi idola kita. Kita harus memandang dari berbagai sudut pandang tentunya. Apakah hal yang kita idolakan dari seseorang itu membawa sisi positif, ataukah malah sisi negatifnya? Apakah hal yang kita idolakan itu patut kita contoh atau kah sebaliknya? Apakah hal yang kita idolakan itu esensif ataukah tidak? Apakah hal yang kita idolakan itu akan membawa manfaat untuk masa depan yang lebih baik atau malah tak berpengaruh apapun terhadap masa depan kita?

Melihat beberapa parameter di atas, sebenarnya ada satu manusia yang benar-benar pantas dijadikan idola. Tentu saja idola itu adalah Nabi MUHAMMAD SAW. Idola seharusnya adalah orang yang pantas untuk dijadikan teladan. Idola adalah orang yang mengajarkan kebaikan dan bukan sebaliknya. Idola adalah seseorang yang mengajarkan esensi hidup baik. Jika masih belum tau siapa nabi Muhammad, maka bacalah dan cari taulah di Sirah Nabawiyah. Di situlah kita dapat menemukan sosok luar biasa nabi Muhammad SAW. Jangan idolakan BoyBand, karena tak ada manfaatnya. Jangan idolakan GrupBand, karena juga tak ada manfaatnya. Jangan idolakan preman, karena sama sekali tak bermanfaat. Idolakan orang yang benar agar kita juga menjadi orang benar. Muhammad adalah Idola terbaik sepanjang masa.

Tanda-tanda Kenabian Rasulullah

Mu’jizat : Sesuatu hal yang luar biasa dan menjadi kelebihan Rasul. Kelebihan rasul yang diberikan Allah diluar hal biasa untuk menangkal ketidak percayaan ummat.
Karomah : Kelebihan yang diberi Allah pada orang-orang shalih.
Ma’unah : Kelebihan yang diberikan kepada Orang biasa yang dikehendaki Allah.

Berikut merupakan tanda-tanda kenabian Muhammad :

  1. Waktu dalam rahim Aminah(ibunda rasulullah), beliau tidak merasakan lelah seperti orang-orang hamil pada umumnya
  2. Halimah Sya’diyah dapat mengeluarkan air susu untuk disusukan kepada Muhammad waktu masih kecil. (hal tersebut tidak terjadi ketika dilakukan pada bayi lain)
  3. Turunnya malaikan untuk membelah dada Muhammad dan membersihkan hatinya
  4. Ketika beranjak dewasa, beliau bijaksana, memiliki sifat-sifat unggulan. Misal pada kisah saat pemindahan Hajar Aswad di Makkah.
  5. Pendeta Bahira yang menyatakan kenabian Muhammad. Kemudian Waraqah bin Naufal juga menyatakan kenabiannya.
  6. Arsy Allah bergetar saat Nabi Muhammad dilahirkan.

Fiqh Dakwah part 1

Resume Kajian Fiqh Dakwah Part 1

Dakwah itu harus sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pada hakikatnya ketika seseorang berdakwah itu sebenarnya bukan untuk orang lain. Tapi dengan dakwah itu dapat memotivasi diri kita dan memahamkan diri kita pribadi. Jadi efek dari dakwah itu sebenarnya akan kembali kepada diri kita sendiri. Ketika kita mengajak orang lain kita sama saja mengajak kepada diri kita sendiri. Misal saya mengajak kepada teman saya untuk sholat, artinya sebenarnya saya pun mengajak diri saya sendiri untuk sholat juga. Artinya bahwa dakwah itu berfungsi sebagai Penggerak bagi diri kita sendiri. Mengapa dikatakan bahwa dakwah ini bisa memotivasi diri kita? Tentu saja karena dengan adanya dakwah seorang individu dituntut untuk menyampaikan kebaikan kepada orang lain. Jika individu tersebut menyeru pada kebaikan, maka pasti dia harus melakukan kebaikan tersebut, agar tidak “Kaburo maktan”. Karena Allah itu membenci orang yang menyampaikan sesuatu tapi dia sendiri tidak melakukannya. Secara tidak langsung individu tersebut akan termotivasi untuk melakukan kebaikan tersebut. Namun, memang dalam teladan Rasulullah SAW ketika beliau menyampaikan suatu kebaikan pasti beliau telah melakukannya terlebih dahulu. Sama halnya dengan Rasulullah, apabila seorang individu menyampaikan kebaikan dan sebelum dia menyampaikan kebaikan tersebut dia melakukan terlebih dahulu, maka itulah hal yang lebih baik.

Keutamaan berdakwah sendiri ada 4 :

Membawa Pahala kepada manusia

Orientasi dakwah adalah mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Allah telah mempersiapkan pahala yang sangat besar untuk hamba-Nya yang berjuang dalam barisan dakwah. Tidak hanya pahala yang berlipat saja, namun apapun yang dipergunakan seseorang untuk berjuang dijalan dakwah itu akan berlipat.  Allah telah menjanjikan dalam surat QS Muhammad : 7
“Hai orang-orang mu’min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

Sebaik-baiknya amal (Akhsanu’Amala)

Banyak amalan-amalan baik yang bisa dikerjakan manusia. Namun, Dakwah itu adalah sebaik-baiknya amal yang dapat dilakukan manusia.

Tugas pokok para rasul

Setiap rasul diutus oleh Allah untuk mengajarkan kebaikan. Mencegah kepada yang munkar dan mengajak manusia kepada yang haq. Mulai dari rasul yang pertama hingga rasul yang terakhir itulah tugas utama mereka. Inilah dakwah. Inilah jalan para Rasul-rasul-Nya, dan jalan inilah yang patut untuk ditiru oleh setiap umatnya.

Menghantarkan seseorang pada kehidupan yang berketuhanan (AlKhayya Rabbani)

Dengan adanya dakwah ini maka akan menghantarkan kehidupan seseorang kepada kehidupan yang berketuhanan, kehidupan yang penuh dengan keimanan. Tentunya kepada Allah. Seseorang muslim yang berdakwah, dapat menjadikan muslim tersebut semakin patuh kepada-Nya.

Ma’rifatul Islam

Mengenal Islam adalah istilah yang sering digunakan untuk mendefinisikan Ma’rifatul Islam. Perlu suatu paradigma untuk mengenal Islam. Paradigma tersebut merupakan paradigma yang tidak boleh lepas sebagai penunjang untuk mengenal Islam. Paradigma yang harus dibangun dalam ma’rifatul Islam adalah sebuah kekontinyuan(ketersinambungan) dari zaman Nabi Adam hingga Nabi Muhammad. Kekontinyuan disini adalah ketersinambungan ajaran yang tak terpisahkan dan semakin sempurna.

Yang perlu diperhatikan adalah mengapa paradigma tersebut harus dibangun? Ada beberapa alasan yang mendasari seorang muslim agar memperhatikan paradigma tersebut.

Adanya separatism antara masa dari tiap nabi. Sebelum mencoba membahas lebih lanjut lagi akan ada sebuah pertanyaan. Mengapa ada dikotomi antara Islam, Kristen, dan Yahudi? Padahal dari masa kemasa seharusnya antara nabi satu ke nabi yang lain seharusnya saling berkesinambungan ajarannya. Ternyata hal ini disebabkan karena tidak ada yang menjamin al kitab yang ada ditiap masa tersebut terjaga. Barulah ketika masa Nabi Muhammad itu Allah menjamin kemurnian ajaran Islam dalam Al-Qur’an. Dalam ajaran yahudi sudah tak jelas apakah ajarannya saat ini. Bibel pun sudah banyak versinya. Coba perhatikan Apakah ada orang yang hafal dengan kitab Bibel? Namun pada saat Al-Qur’an turun barulah Allah memberikan jaminan keaslian Al-Qur’an sampai akhir zaman nanti. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan keberadaan atau eksistensi para Hafidz Qur’an (penghafal Al-Qur’an). Mereka itu yang dijadikan Allah sebagai perantara untuk menjaga Eksistensi Keaslian Al-Qur’an. Dan yang perlu ditanyakan untuk membuktikan hal tersebut adalah apakah Al-Qur’an itu terbagi menjadi versi-versi yang berbeda? Tentu saja tidak. Semua orang Islam di dunia menggunakan pedoman Al-Qur’an yang bisa dikatakan sama isinya. Tidak pernah di rubah dengan sistem interlocknya. Bahkan sampai sekarang pun tak ada orang yang bisa membuat kitab yang menyamai Susunan ayat Al-Qur’an dan juga keindahannya ayatnya.

Masih terkati dengan paragraf di atas, coba perhatikan Q.S As-Shaff:5-6.

Ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya : Hai Kaumku, mengapakah kamu menyakitiku, pada hal kamu mengetahui, bahwa aku adalah rasul Allah kepadamu. Maka tatkala mereka condong, Allah mencondongkan hati mereka. Allah tidak menunjuki kaum fasik(QS As-Shaff :5)

Ingatlah ketika ‘Isa anak Maryam berkata : Hai Bani Israil, sesungguhnya aku rasul Allah kepadamu, serta membenarkan apa yang sebelumku, yaitu Taurat dan member kabar gembira dengan seorang rasul, yang akan datang seorang Rasul, yang akan datang kemudianku, namanya Ahmad(Muhammad), maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa keterangan, mereka berkata: Ini sihir yang nyata. (QS As-Shaff:6)

Jelaslah dengan ayat di atas bahwa kaum Yahudi adalah kaum yang ingkar, kemudian bani israil dengan tauratnya tidak percaya terhadap ketadangan seorang Rasul (Muhammad)  padahal sudah jelas dikatakan oleh Isa tentang hal tersebut. Namun kebanyakan dari Bani Israil tersebut tidak mengakuinya. Jelas pula berdasar ayat 6 bahwa Taurat itu membenarkan ajaran yang sebelumnya, kemudian pada akhirnya, Taurat Di sempurnakan oleh Al-Qur’an. Itu adalah bukti kecil bahwa ajaran para nabi itu saling berkesinambungan.

Inti dari Islam dapat digambarkan dengan :
Syammil (Sempurna) dan Muttakammil (Menyempurnakan).

Syammil disini merujuk pada ajaran Islam yang sempurna(Secara Internalnya). Syammil menjelaskan bahwa islam itu sempurna dalam ajarannya, konsep ketuhanannya, Ibadah, kenabiannya, Syari’at, Ekonomi, kedudukan umat, dan konsep Ilmunya dijelaskan secara jelas dan tuntas.

Muttakammil disini merujuk pada ajaran Islam dimana ajarannya menyempurnakan keluar (posisi eksternal). Contoh sederhananya adalah, di Eropa  ada bank berprinsip syari’ah. Ketika petingginya ditanya mengapa menggunakan prinsip syariah?  Ternyata agar lebih aman baik dari segi bisnis maupun bukan. Dengan kondisi tersebut pula, Terhindar dari sifat bunga bank yang dipandang abstrak dan mungkin merugikan.

Mengapa konsep syari’ah?

Seperti apa sih konsep syari’ah?

Konsep syari’ah merupakan bentuk perekonomian bagi hasil dan tak berbunga. Dalam hal ini ketika anda menabung, maka artinya anda meminjamkan uang anda ke bank tersebut, dan bank akan memanfaatkan pinjaman dari anda. Pinjaman tersebut akan digunakan untuk mengembangkan atau membuat usaha. Kemudian untungnya akan dibagi antara bank dan anda. Seperti itulah gambaran kecil. Sehingga uang yang dihasilkan adalah nyata-nyata uang yang beredar di perpasaran.

Bedakan dengan perbankan yang ada saat ini. Perbankan menerapkan prinsip bunga bank. Alhasil akan dihasilkan uang abstrak (bunga tabungan) yang entah dari mana diperoleh. Yang tertera hanya nominalnya saja, bukan uang yang nyata. Hal tersebut akan berdampak buruk bagi peredaran perekonomian negara.

Nah, sekarang sudah jelas mengapa Petinggi bank di eropa tersebut lebih memilih sistem konsep syari’ah. Jelas bahwa resikonya sangat minim dan manfaatnya lebih banyak.

Kembali ke pokok bahasan Awal bahwa ada beberapa paradigma yang harus diperhatikan dalam ma’rifatul Islam.

Paradigma selanjutnya yang harus dibangun adalah bahwa Islam itu adalah agama yang robbaniyah dan Insaniyah. Apa maksudnya? Agama Rabbaniyah itu berarti bahwa Islam itu asli berasal dan turun langsung dari Allah, bukan agama bekas atau sampah seperti agama di yunani tentang dewa-dewa yang sempat hilang kemudian ditemukan lagi. Dan Islam itu merupakan agama yang Insaniyah. Maksudnya ajarannya bisa diterima akal dan dipahami oleh manunsia, tentunya dalam hal ini bukan masalah yang Ghaib. Namun sesuatu yang ghaib itu tetaplah eksis, meskipun tak bisa dilihat secara langsung oleh manusia. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang diizinkan untuk melihat hal tersebut.

Resensi : SIRAH NABAWIYAH

Pengarang : Syaikh Shafiyyur Rahman Al Mubarakfury

Penerjemah : Kathur Suhardi

Cetakan : Kesatu, Agustus 1997

Tebal : 583 halaman

Penerbit : PUSTAKA AL KAUTSAR

E-mail : kautsar@centrin.net.idredaksi@kautsar.co.id

Sebagai umat Islam tentu seharusnya punya semangat dan daya juang yang tinggi. Namun terkadang sebagai umat Islam banyak orang-orang yang hanya mengenal saja bahkan tanpa mengetahui asal-usul (sejarah), atau lebih parahnya tidak mengenal sama sekali dan hanya ikut-ikutan Islam. Hal itu kadang-kadang menjadikan seseorang tak mempunyai semangat ke Islaman yang kuat. Sebagai seorang Islam maka haruslah mengetahui dan mengetahui seluk-beluknya.

Selain itu sebagai seorang muslim seharusnya bisa belajar untuk mencintai Nabi Muhammad SAW yang akan dinantikan syfa’atnya di akhirat nanti. Oleh karena itu sebagai seorang muslim maka perlu mengenal Nabi sekaligus Rasulnya agar bisa mencintai dan setidaknya tahu tentang Nabi Muhammad SAW. Bagaimana mencintai jika tidak mengenali?

Maka dari buku “Sirah Nabawiyah” lah akan ditemukan hal-hal tersebut. Salah satunya adalah karangan Syaikh Al Mubarakfury. Kitab (Sirah Nabawiyah) karangan beliau ini merupakan salah satu kitab yang berhasil memenangkan kompetisi penulisan sejarah Islam dan keluar sebagai pemenang utama (juara pertama). Di dalam kitab Sirah Nabawiyah ini dijelaskan berdirinya peradaban Islam mulai dari keadaan suku quraisy di awal sebelum peradaban islam, kemudian asal mula nasab Nabi Muhammad, hingga Nabi lahir sampai Nabi Muhammad meninggalkan dunia. Dalam buku ini juga disertakan bagaimana sejarah berdirinya Islam dan bagaimana Nabi Muhammad dan para sahabat memperjuangkannya, bahkan sampai titik darah penghabisan. Dijelasakan juga bagaimana cara Nabi Muhammad SAW tahun dan secara sembunyi-sembunyi dan pasti hingga akhirnya sampai beliau hijrah ke Madinah dan membangun pemerintahan Islam yang kuat hingga akhirnya beliau kembali ke Makkah lagi dengan kemenangan Islam dan berhasil merebut kembali Makkah dari tangan suku Quraisy, sampai beliau menunaikan Haji Wada’, dan hingga akhirnya sampai menjelang detik-detik kepergian sang Nabi. Di dalam kitab ini juga dijelaskan berbagai macam pertempuran yang telah dilewati oleh Nabi dan para Syuhada’ di medan perang dan kegigihan para Syuhada’ untuk melindungi Nabi dan Agamanya.

Kelebihan dari Kitab ini adalah bahasa yang digunakan tidak rumit (untuk yang terjemahan), kemudian dicantumkan referensi-referensi yang memperkuat bukti kapan tepatnya suatu kejadian itu terjadi. Kitab ini juga mencantumkan sumber-sumber buku sebagai rujukan sehingga tidak perlu repot jika ingin mencari kebenaran dari referensi yang digunakan oleh kitab ini. Dari segi harga, kitab ini bisa dipandang ekonomis untuk sebuah ilmu dan kitab yang sangat tebal ini. Harganya sekitar Rp 56.000,00.

Kekurangan dari buku ini hampir tak terlihat sama sekali. Semuanya cukup clear. Setiap kejadian yang ada diceritakan dengan hampir secara lengkap dan detail. Mulai dari perang, pencegatan/isolasi daerah dagang kepada kaum Quraisy, hingga beberapa perang yang batal dan tak terjadi. Meskipun terlihat cukup clear, namun ketika pembaca melihat ke buku sejarah Islam selain kitab ini maka akan terlihat sedikitnya ada beberapa hal yang kurang dalam buku ini. Seperti kurang sedikit lengkap dalam beberapa kejadian. Namun InsyaAllah hal itu sudah tertutupi dengan bahasa karangan yang sangat bagus dan berkualitas, sehingga menimbulkan kesan puas untuk para pembaca.

Itulah yang sekiranya dapat disampaikan dalam meresensi kitab ini. Agar lebih jelas, disarankan kepada para pembaca untuk membaca kitab ini secara langsung.