Awas! Anak suka Nonton Sinetron? Bahaya…


“Penyebab hancurnya peradaban bangsa adalah perilaku buruk generasi muda yang sudah mengakar dan menancap dalam, lalu menjadi sebuah budaya”

Pada dasarnya sinetron merupakan singkatan dari kata “sinema” dan “elektronik”.  Dari dua kata ini saja kita sudah dapat mengartikan bahwa sinetron adalah sebuah sinema yang disiarkan melalui media elektronik. Acara seperti ini biasa di tayangkan melalui televisi.

Sinetron merupakan hiburan yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal ini menjadi sebuah hal yang membudaya di penjuru masyarakat luas. Acap kali setiap orang yang punya televisi juga suka menonton sinetron.

Dalam sebuah penelitian Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah NTT Mutiara Mauboy mengatakan sebanyak 81% anak di provinsi kepulaun itu menghabiskan waktunya setiap hari menonton televisi bersegmen hiburan dan sinetron. Sebagai sampel data hal tersebut bukanlah sesuatu yang asing lagi.

Dengan tidak menafikkan fakta tersebut secara tak langsung, maka ada sebuah fakta yang cukup mengejutkan. Dengan sampel berupa fakta tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar dari anak-anak bangsa telah terjangkit oleh VCS (Virus Cinta Sinetron). Virus yang mempunyai notabene sebagai media penghibur.

Lantas mengapa di sebut sebagai virus? Virus adalah parasit yang diam-diam namun mematikan. Tak lepas dari hal tersebut, jika di analogikan bahwa sinetron adalah virus, maka berarti bahwa sinetron itu mempunyai daya parasit yang sangat hebat. Dan yang perlu digaris bawahi bahwa pemikiran manusia lah sebagai inang yang akan ditempeli oleh parasit tersebut (sinetron).

Secara sadar ataupun tidak bangsa ini sedang dijajah pemikirannya. Dan yang lebih mengejutkan perlu diakui bahwa sinetron merupakan bentuk penjajahan pemikiran tersebut. Statement ini sangat realistis, sejalan dengan fakta linkungan yang terjadi di Negara Indonesia saat ini. Banyak perubahan pola hidup di era ini, terutama di kalangan pemuda. Perilaku dan norma positif di masyarakat zaman dahulu akan sangat berbeda jauh dengan zaman sekarang. Tata cara bergaul orang zaman dahulu lebih baik dari pada yang terjadi saat ini.

Perlu diakui bahwa fakta-fakta tentang perubahan dari zaman-kezaman ini tidak  lazim. Selazimnya adalah perubahan ke arah yang lebih baik, dengan meninggalkan keburukan. Namun faktanya adalah perubahan kearah yang lebih baik ada namun, perubahan kearah keburukan pun juga tak kalah dominan. Inilah bentuk penjajahan pemikiran yang kurang lebihnya berasal dari sinetron.

Cara berpakaian artis pun ditiru oleh anak-anak muda zaman sekarang. Padahal cara berpakaian itu tidak semuanya baik dan memenuhi norma positif yang berlaku, namun ditiru mentah-mentah dan dijadikan sebagai hal yang fashionable dan ngetrend. Akhirnya hal yang demikian lambat laun dianggap sebagai sebuah kewajaran. Dengan demikian, terjadilah degradasi moral di tiap zaman dari hasil penjajahan pemikiran tersebut, meskipun sedikit demi sedikit dan tak begitu frontal. Pada akhirnya tak hanya cara berpakaian saja yang ditirukan, namun pola hidup artis juga mereka tirukan. Secara tidak sadar, budaya tersebut merupakan budaya barat yang secara kearifan lokal, tingkat nilai kepositifannya jauh dibawah kearifan lokal yang sebenarnya ada di Indonesia. Secara logis dapat di perkirakan dengan kondisi seperti ini tak lama lagi budaya Indonesia akan benar-benar sama dengan budaya barat.

Bukti dari perubahan-perubahan perilaku masyarakat terutama dikalangan pemuda adalah sudah maraknya free sex. Jika dibandingkan dengan pemuda zaman dahulu, maka persentase free sex itu akan terlihat jauh. Perilaku free sex mengembang di Indonesia dengan persentase yang terus menaik dari tahun ke tahun.

Kapan kah penjajahan pemikiran tersebut mulai terjadi? Secara simpel dan sederhana bisa dikatakan bahwa penjajahan itu dimulai sejak anak-anak masih berusia dini. Ketika masih kanak-kanak, seseorang akan mudah di tempeli dengan kebudayaan-kebudayaan yang bernotabene aman, namun memiliki makna terselubung. Anak-anak akan lebih mudah diracuni pemikirannya sehingga pemikiran tersebut menjadi sebuah cara pandang (paradigma) yang wajar tanpa membedakan itu baik atau buruk. Pada akhirnya cara pandang tersebut akan membawa seorang anak kepada sebuah kebiasaan yang dianggapnya sebagai suatu kebiasaan yang wajar tanpa peduli seperti apa pandangan orang lain terhadap hal tersebut. Kebiasaan tersebut akan menjadi budaya apabila seluruh orang disekitarnya juga memiliki sebuah pemikiran yang sama secara kontekstual dan mendukung kebiasaan tersebut. Hal ini akan menjadi sebuah awal mula infiltrasi budaya lain ke dalam budaya lokal. Lambat laun proses infiltrasi tersebut akan menyebar dan mewabah jika tidak segera dilakukan penanganan.

Dari manakah awal mula munculnya pemikiran-pemikiran yang bertolak belakang dengan kearifan lokal budaya di Indonesia? Melihat kondisi-kondisi tersebut akan dapat disimpulkan bahwa awal mulanya adalah dari sinetron. Perhatikan saja konten sinetron-sinetron di Indonesia saat ini. Sama sekali tidak ada yang berbau pendidikan. Budaya dan pola hidup yang ditawarkan sinetron juga buruk dan lebay. Akhirnya pemirsa sinetron bersangkutan juga ikut-ikutan lebay. Bisa jadi mulai dari cara bicara, berjalan, berpakaian, dan hal-hal lainnya akan sangat berefek di masyarakat luas.

Untuk mencegah hal ini terjadi perlu sebuah tindak lanjut dan perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Apabila hal seperti ini dibiarkan, budaya Indonesia lama-lama akan hilang dari peradaban.

Ingat lah bahwa anak-anak adalah penerus generasi dimasa yang akan datang. Perlu pendidikan yang benar dan matang. Terlebih lagi bahwa ada fakta yang menunjukkan, keteladanan merupakan faktor utama pembentukan kepribadian anak-anak. Jika teladannya sudah salah, maka kepribadiannya juga akan salah. Jika teladannya tokoh sinetron, maka kedepan jangan salahkan siapapun jika tokoh sinetron tersebut menjadi role model (peran model) dan contoh anak tersebut dalam berperilaku dari berbagai aspeknya. Dan yang perlu diperhatikan adalah jika hal tersebut terlanjur menjadi kebiasaan, maka akan sangat sulit mengubahnya, karena kebiasaan itu berasal dari pemikiran yang sudah terlanjur mengakar di hati dan pikirannya. Sama halnya dengan pohon beringin yang akan sulit di cabut karena akarnya sudah menancap dalam dan bercabang-cabang. Berikanlah teladan yang baik kepada calon-calon penggenggam masa depan bangsa.

Awas bahaya berlarut-larut melihat sinetron!!!…….

Kejujuran itu Kesalahan, Mau dibawa Kemana Bangsa Ini?

“Zaman sekarang udah zaman edan, yang benar disalahkan, dan yang salah dibenarkan

Ya.. Kurang lebih seperti itulah kondisi dan realita yang terjadi saat ini. Ketika kita melakukan perbuatan yang baik, selalu saja ada penentang perbuatan kita, entah yang terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Sebaliknya, ketika kita melakukan yang jelas-jelas salah, malah banyak yang mendukung dan banyak pula yang ikut-ikutan.

Contoh gamblangnya seperti mencontek saat ujian. Mencontek dipandang sebagai hal yang buruk. Namun tetap saja menjadi hal yang sering dilakukan oleh banyak orang.  Jika kondisi seperti ini dibiarkan terus-menerus maka akan berakibat  fatal. Akan tumbuh generasi-generasi muda yang bermental pengecut.

Peradaban masyarakat seharusnya sesuai dengan nilai-nilai dan hukum positif yang berlaku di suatu daerah. Namun lagi-lagi kini mental pengecut sudah melanda masyarakat pada umumnya. Akhirnya nilai-nilai positif itu hanya dianggap sebuah angin lalu yang tiada meninggalkan bekas.

Sebuah ongkos mahal untuk mempertahankan kejujuran. Hal ini dialami oleh Ibu Siami. Ia di caci , dimaki, bahkan diusir akibat melaporkan guru SDN Gadel 2 yang memaksa anaknya untuk memberikan contekan kepada teman-temannya saat ujian nasional pada 10 s.d 12 Mei 2011. Ibu siami dituduh mencemarkan nama baik kampung dan sekolah.

Dari kejadian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa saat ini kejujuran menjadi sebuah momok dan perilaku yang menakutkan di tengah masyarakat. Pasalnya kejujuran yang merupakan sebuah kebaikan malah disalahkan. Padahal kejujuran itu sendiri merupakan sebuah perilaku yang tidak menyalahi nilai-nilai positif di tengah masyarakat.

Itulah sebuah potret bangsa yang terjadi saat ini. Siswa di didik sebagai calon koruptor. Dikatakan demikian karena pada dasarnya mencontek itu sama saja dengan bakal korupsi. Meskipun terlihat sepele namun hal tersebut memang benar-benar terjadi. Nilai-nilai positif sudah tidak dijunjung lagi. Padahal seharusnya nilai-nilai positif itu ditanamkan pada anak-anak calon penerus bangsa sejak dini.

Saat ini mencontek bisa dibilang korupsi kecil untuk sekelas seorang anak kecil. Suatu saat nanti ketika cara pandang seperti ini tidak dihilangkan, bisa jadi korupsi uang Negara menjadi hal yang dipandang kecil juga oleh orang sekelas pejabat Negara. Krisis pemimpin di Indonesia saat ini sejalan dengan Krisis kejujuran. Ketika kejujuran tidak ditegakkan, maka generasi yang tumbuh di masa yang akan datang nanti adalah sebuah generasi yang bermental koruptor.

Untuk mengatasi masalah kejujuran seperti itu harus dimulai sejak anak masih usia dini. Yaitu dengan menanamkan nilai-nilai positif kepada seorang anak. Karena masa tersebut adalah masa belajar dan masa pertumbuhan baik dari segi berpikir maupun bertindak. Pemerintah benar-benar harus memperhatikan masalah kejujuran juga. Selama ini yang terasa di tengah masyarakat bahwa pendidikan hanya difokuskan pada masalah kurikulum, tanpa memperhatikan aspek-aspek pembinaan terhadap anak didik. Hal tersebut terbukti dapat dilihat diberbagai sekolah negeri yang menitik beratkan masalah prestasi siswa dibandingkan masalah pembentukan kepribadian. Harus ada sebuah mekanisme untuk melakukan pembinaan dan strategi khusus untuk menyisipkan nilai-nilai positif kepada peserta didik terutama yang masih ada dalam tataran TK, SD dan SMP. Karena disitulah masa-masa pembentukan budaya dan sikap untuk peserta didik yang sederajat dengan tingkat pendidikan tersebut.

Palestina Vs Kekejaman Israel

Mungkin seperti yang pernah dilihat di televisi, saat ini Palestina

tengah menghadapi kekejaman para yahudi Zionis. Mungkin ini

terlihat baru heboh saat ini. Namun sebenarnya itu sudah

berlangsung sangat lama sekali. Bahkan liga PBB pun tidak sanggup

berkutik. Perjanjian demi perjanjian yang telah disepakati telah di

ingkari oleh pihak Israel. Itu hanyalah sekelumit dari contoh

ketamakan orang-orang yahudi zionis itu. Hingga sekarang muncul

bukti ketamakan yang baru lagi. Beberapa kapal yang pernah mencoba

untuk memberikan bantuan kemanusiaan di Gaza malah diserang

oleh para tentara Israel. Bukankah itu namanya pembantaian?

Padahal kapal itu lewat jalur Internasional. Itu sangat aneh sekali.

Yang lebih fatal lagi, kapal yang mereka serang itu didalamnya ada

beberapa perwakilan dari beberapa negara yang berbeda. Kalau

begitu Israel menantang dunia dong?
Itu sudah merupakan bentuk penentangan terhadap dunia.

Nah, kalau ditelusur dari awal, dalam sepengetahuan saya begini :
Dahulu itu pernah ada yang namanya NAZI, yang merupakan gerakan

yang di prakarsai Adolf Hitler. Kemudian yang namanya gerakan NAZI

ini bermaksud untuk menghancurkan beberapa dinasti yang cukup

kuat saat itu seperti dinasti Islam, dinasti Romawi, dan dinasti

Kristen. Namun, hal tersebut tidak berhasil dilakukan karena ketiga

dinasti tersebut terlalu kuat untuk di jajah. Namun akhirnya gerakan

NAZI tersebut malah berbalik arah ke bangsa Yahudi. Mereka mencoba

menguasai bani Yahudi, yang akhirnya terjadilah pembantaian masal

secara besar-besaran oleh Adolf Hitler dari NAZI. Karena beberapa hal

tersebut orang-orang Yahudi banyak yang bermigrasi ke daerah

kekuasaan Islam. Dengan pertimbangan saat itu hanya Islam yang

menyediakan jaminan keamanan bagi para tamunya. Saat itu

pemerintahan Islam ada pada masa Turki Utsmani. Cukup jauh dari

pemerintahan pada masa Nabi Muhammad. Ringkasnya para yahudi

yang masih membawa ideologi mereka (bawaan seperti pada masa

Muhammad) mencoba untuk memecah belah daerah kekuasaan Islam

untuk mendirikan negaranya sendiri. Mereka berusaha memecah

belah Islam dari dalam dengan cara mengadakan hasutan dan

mengandalkan omong kosong mereka.  Akhirnya terbentuklah

gerakan yang saat itu dikenal dengan gerakan turki muda. Dari

gerakan tersebut akhirnya terpecah belah daerah kekuasaan Islam

waktu itu. Seperti yang kita lihat saat ini menjadi beberapa negara

seperti Iraq, Iran, Quwait, Qatar, Turki, Palestine, dll. Hingga efeknya

mulai terasa saat itu. Misalnya di Turki pernah adzan itu

menggunakan bahasa turki, bukan bahasa arab. Itulah hasil dari

gerakan turki muda. Kemudian di perbatasan antara palestine dan

Israel itu lah yang hingga saat ini terjadi konflik yang

berkepanjangan. Padahal daerah perbatasan tersebut sebenarnya

adalah milik palestine. Memang benar-benar mantap taktik Yahudi.
Dari kenyataan yang sedemikian rupa itu saya cukup terheran denga

tindakan Yahudi itu. Udah dikasih tapi minta lebih. Ini salah satu

bukti ketamakan Yahudi juga.
Seharusnya daerah timur tengah punya reaksi yang lebih terhadap

konflik ini. Karena dulu mereka adalah satu-kesatuan. Namun seperti

yang kita lihat sekarang, bahkan Jazirah Arab pun diam melihat

semua itu. Seharusnya ada tindakan lebih. Dengan delegasi atau

perundingan pun hal tersebut tidak akan mempan terhadap

pemerintahan Israel. Karena paham mereka adalah paham zionis.

Memang sih seharusnya paham zionis itu pindah ke planet lain.

Karena sebenarnya paham zionis itu tidak bisa didampingkan dengan

apapun. AS pun juga diam melihat hal ini. Padahal AS merupakan

negara adidaya dan kuasa. Sebenarnya ada apa dibalik semua misteri

ini?

Kembali Ke Indonesia…..

Banyak rakyat Indonesia yang apatis terhadap hal ini. Kenapa?

Ternyata sudah timbul perang pemikiran (Ghazwul Fikr) dari dalam

negara. Sikap apatis itu timbul dari perang pemikiran. Unsur utama

dari pemerintahan adalah politik. Sebenarnya politik itu netral. Tidak

positif ataupun negatif. Politik itu sebenarnya bersih (tidak kotor).

Politik sebenarnya adalah Ilmu untuk mengelola masyarakat. Namun

dari pengertian yang netral itu, di Indonesia telah berubah menjadi

pengertian yang negatif akibat Ghazwul Fikr tadi. Hingga sekarang

perbandingan antara politik netral dan negatif itu berbeda jauh.

Orang dengan pemikiran bahwa politik itu negatif, lebih besar dari

pada orang yang beranggapan politik netral. Mengapa bisa demikian?

Dengan situasi negara kita saja yang kita lihat saat ini, sebenarnya

kita sedang krisis pemimpin. Inilah masalah yang biasa dihadapi oleh

negara berkembang. Banyak pemimpin yang tidak becus malah justru

memimpin negara. Banyak diantara mereka yang mikirin “Perut Gue

Sendiri”. Ini yang membuat infrastruktur negara menjadi bobrok dan

tidak berkembang. Akibatnya politik yang semulanya netral menjadi

negatif. Hal ini penyebab utama sikap apatis. Masyarakat menjadi

trauma dan tidak percaya dengan politik. Karena menurut mereka itu

politik sudah di pandang negatif. Padahal sebenarnya positif atau

negatifnya politik itu tergantung pada siapa saja yang berperan di

dalamnya. Dengan kepentingan Nasional saja masih apatis, apalagi

dengan kepentingan Internasional. Super Apatis pastinya. Oleh karena

itu ada baiknya krisis kepemimpinan ini di hadapi dengan bijak. Salah

satunya adalah dengan menjadikan politik menjadi positif. Ingat

bahwa positif atau negatifnya politik itu tergantung ideologi yang

melekat padanya. Maka dari itu agar tidak timbul sikap apatis perlu

ideologi positif dalam negara yang berpengaruh kuat di politik. Untuk

menuju hal tersebut maka diperlukan seorang pemimpin yang bijak.

Makanya manfaatkan pemilu dengan benar…….

SALAM PERUBAHAN………..