Kematian tinggal menunggu waktu. Kejadian yang sudah pasti akan datang dan tidak dapat dihindari. Semua makhluk-Nya pasti akan binasa atas kehendak-Nya. Maut, pasti akan datang, tanpa memandang tahta, tanpa memandang umur, tanpa memandang amalan –amalan yang telah dilakukan, tanpa melihat kuat atau lemahnya fisik seseorang. Bisa jadi maut akan datang ketika kita tertidur, ketika kita bersholat, atau bahkan datang ketika kita sedang berbuat maksiat.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan : “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa bencana mereka mengatakan: “ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)” . Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun? (QS An-Nisa 4: 78)
Sejenak, marilah kita renungkan…
Sudahkah kita melaksanakan perintah-Nya, dan apa-apa yang menjadi kewajiban kita? Karena pada hakikatnya, kewajiban yang harus kita laksanakan itu tak sebanding dengan waktu yang kita miliki. Seandainya kita sadar, maka waktu yang tersedia ini tak pernah cukup untuk melaksanakan berjuta-juta kewajiban yang Allah berikan. Lantas,.. Pantaskah kita untuk bersantai? Sementara banyak hal yang seharusnya wajib untuk kita laksanakan. Hidup ini seperti berpacu dengan waktu. Waktu akan terus berjalan walaupun kita berhenti . Waktu akan terus mengejar meskipun kita berlari. Sekali kita kehilangan kesempatan, maka kesempatan itu tak kan pernah kembali lagi. Tak akan pernah ada kesempatan yang sama lagi.
Sudah cukupkah amalan-amalan yang selama ini kita lakukan? Mungkin menurut kita pribadi, amalan kita sudah sangat banyak. Akan tetapi sudah cukupkah amalan kita untuk mengahadap Allah SWT. Kita tak pernah tahu. Karena Allah lah yang akan mengukur apakah kita pantas untuk berada di sisi-Nya atau tidak. Lantas, masih pantaskah bagi kita untuk merasa percaya diri dengan amalan-amalan yang selama ini kita lakukan dan meyombongkan apa-apa yang selama ini kita lakukan? Besar kemungkinan, bahwa diluar sana masih banyak orang-orang yang lebih baik amalnya disisi Allah, mereka yang lebih berjuang dan lebih taat kepada-Nya.
Ketika tiba saatnya untuk kita menghadap Allah, maka hanya satu teman sejati yang akan menemani. Teman itu adalah amal. Disaat itu pula, akan datang seorang teman yang akan terus berusaha menyerek kita ke neraka. Dan dialah dosa. Seberapa yakinkah kita bahwa dosa yang kita lakukan tak sebanyak amal yang kita kerjakan? Kita tak bisa menjamin hal itu. Karena fitrah manusia seringkali hanya mengingat hal-hal yang baik dari dirinya dan hal yang buruk dari orang lain saja.
Maka bertaubatlah. Selagi kita masih hidup, pintu maaf dari-Nya masih terbuka. Maka bertaubatlah sebelum Allah menutup pintu maaf-Nya.